1.
Tulislah seluruh proses
pemerolehan bahasa pada manusia dan factor yang mempengaruhinya serta peranan
otak manusia terhadap pemerolehan bahasa!
- Proses pemerolehan bahasa
Bahasa
merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan
sesamanya. Dengan bahasa, manusia bisa berbagi ilmu pengetahuan, berbagi ide,
bertukar informasi dan lain-lain. Dengan kata lain, manusia akan mampu
menguasai atau memperoleh bahasa selagi dia hidup, tumbuh dan berkembang dalam
suatu masyarakat dimanapun dia berada yang selalu menggunakan bahasa. Namun
tentulah ada proses yang dilalui oleh manusia dalam memperoleh bahasa tersebut.
Dalam
perbincangan mengenai proses pemerolehan bahasa, terdapat beberapa perbedaan
pendapat dikalangan ahli bahasa. Ada
yang berpendapat bahwa proses pemerolehan bahasa itu bersifat Nurture dan
ada yang berpendapat bahwa pemerolehan bahasa tersebut bersifat Nature. Para
pendukung pemerolehan bahasa bersifat nurture pada umumnya adalah para ahli
bahasa yng berasal dari aliran Behaviorisme sedangkan para pendukung
pemerolehan bahasa berifat nature umumnya adalah para ahli yang menganut
aliran navitisme. Oleh karena itu pembahasan mengenai proses pemerolehan
bahasa ini berkaitan dengan kedua aliran behaviorisme dan nativisme.
I.
Proses pemerolehan bahasa
nurture
Menurut
Brown dalam Al-Giffari (2008) proses pemerolehan bahasa seseorang yang
merupakan suatu kebiasaan yang dapat diperoleh melalui proses pengkondisian.
Selain itu Dhardjowidjojo (2003:234) menambahkan bahwa pemerolehan bahasa yang
bersifat nurture itu adalah pemerolehan bahasa yang ditentukan oleh alam
lingkungan. Pendapat ini sejalan dengan aliran behaviorisme yang
meyakini bahwa setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini disertai dengan tabula
rasa yaitu semacam piring kosong tanpa suatu apapun, kemudian sejalan
dengan pertumbuhan dan perkembangan yang dilaluinya dalam lingkungannya, maka
piring tersebut akan terisi dengan sendirinya, termasuk bahasa. Bahasa tersebut
akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak
tadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh pengetahuan yang didapat oleh
manusia itu semata-mata didapatnya dari lingkungannya.
Ada beberapa ahli yang
memiliki pandangan bahwa pemerolehan bahasa itu bersifat nurture,
diantaranya: Ivan Pavlov, John B. Watson, dan B.F. Skinner.
1.
Ivan Pavlov
Ivan
Pavlov merupakan seorang ahli psiologi Rusia yang melaksanakan serangkaian
eksperimen yang menjadikan anjing sebagai subjeknya. Ketika dia memukul garpu,
maka bunyi yang dihasilkan oleh garpu mendatangkan respon yang berupa
pengeluaran air liur anjing.
Sebelumnya,
Pavlov melakukan stimuli berupa memperlihatkan makanan anjing atau bau makanan
dan juga menghasilkan respon yang sama. Jadi, dengan demikian Pavlov telah
membuktikan bahea proses belajar itu terdiri dari pembentukan asosiasi antara
stimuli dan respon yang refleksif.
Serangkaian
eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov dikenal dengan sebutan Classical Conditioning.
2.
John B. Watson
John
B. Watson adalah seorang psikolog yang menemukan istilah behaviorisme
(Brown dalan Al-Giffari: 2008). Watson mempunyai pandangan yang sama dengan
Pavlov yaitu maenggunakan teori classical conditioning. Watson
menyatakan bahwa penjelasan atas segala bentuk pembelajaran adalah dengan
melalui proses pengkondisian , maka manusia membentuk sejumlah hubungan
stimuli-respon dan perilaku manusia yang lebih kompleks dipeljari melalui cara
membangun serangkaian atau rantai-rantai respon.
Watson
menyatakan bahwa setiap orang itu dibentuk menjadi apa adanya mereka dan
perilaku ditentukan sepenuhnya oleh lingkungan.
3.
B.F. Skinner
B.F.
Skinner merupakan seorang psikolog Amerika yang hidup pda tahun 1904 sanpai
dengan 1990. B.F. Skinner memliki teori kasik yaitu verbal behavior
dimana dia meneliti bagaimana seekor tikus akhirnya dapat memperoleh
pengetahuan. Proses itu dinamakan operant conditioning, dimana skinner melatih tiku
untuk memperoleh makanan dengan menekan satu pedal.
Hal
tersebut dilakukan berkali-kali sehingga akhirnya tikus tadi memperoleh
pengetahuan dari kebiasaan bahwa jika dia ingin makan, maka dia harus menekan
pedal terlebih dahulu.
Skinner
melakukan ini berkali-ali dengan objek yang sama, namun carannya berbeda dan
tikus tersebut memberikan respon yang sama walaupun melalui proses trial and
error.
Dari
eksperimen ini skinner menyimpulkan baewa pemerolehan pengetahuan, termasuk
pengetahuan pemakaian bahasa, didasarkan pada adanya stimulus, kemudian diikuti
oleh respon, dengan system pemberian reward sebagai imbalan atas
keberhasilan dan punishment atae kesalahan.
Selain
itu skinner juga berpendapat bahwa bahasa hanyalah sebuah kebiasan yang
dilakukan berulang-ulang. Dari pandangan ini lahirlah teknik drills dalam
pengajaran bahasa asing.
Dalam
hubungannya dengan teori behaviorisme, menurut Lyons dalam Al-Giffari (2008) terdapat
kecendrungan yang menyatakan bahwa aliran ini cenderung memperkecil peranan
insting dan dorongn-dorongan yang dibawa sejak lahir dan penekanan atas peran
yang dimainkan oleh pembelajaran dimana hewan dan manusia memperoleh pola-pola
perilaku mereka, yang menekankan pada pemupukan (nurture) dan bukan pada sifat
alami (nature), lebih menekankan pada lingkungan ketimbang pda factor
keturunan.
II.
Proses pemerolehan bahasa
nature
Menurut Dhardjowidjojo (2003:235) proses
pemerolahan bahasa itu bersifat kodrati (Innate) dibawa semenjak dari lahir.
Pada dasarnya yang dimaksud dengan proses pemerolehan bahasa yang bersifat nature
adalah bahwa proses pemerolehan bahasa ditentukan oleh pengetahuan yang dibawa
sejak lahir dan bahwa properti bawaan tersebut bersifat universal karena
dialami atau dimiliki oleh semua manusia (Brown, 2000:34). Ada beberapa ahli
yang menyetujui pandangan ini diantaranya Noam Chomsky, Derek Bickerton dan
David McNeill.
1. Noam Chomsky
Noam Chomsky merupakan seorang penganut
teori nativisme yang secara terang-terangan menentang teori behaviorisme yang
dikembangkan oleh skinner. Sebagai wujud dari reaksi keras atas behaviorisme
pada akhir era 1950-an, Chomsky menyerang teori Skinner yang menyatakan bahwa
pemerolehan bahasa itu bersifat nurture atau dipengaruhi oleh
lingkungan.
Chomsky memiliki pendapat bahwa
pemerolehan bahasa itu berdasarkan pada nature karena menurutnya ketika anak
dilahirkan ia telah dibekali dengan sebuah alat tertentu yang membuatnya mampu
mempelajari suatu bahasa. Alat tersebut dikenal dengan sebutan Piranti Pemerolehan
Bahasa (PPB) atau Language Acquisition Device (LAD)
yang bersifat universal yang dibuktikan oleh adanya kesamaan pada anak-anak
dalam proses pemerolehan bahasa mereka (Dardjowidjojo, 2003:235-236).
Chomsky merasa bahwa Skinner terlalu menyederhanakan
dan menyama-ratakan proses pemerolehan pengetahuan manusia dengan proses
pemerolehan pengetahuan binatang, yaitu tikus dan burung dara yang digunakan
sebagai subyek dalam eksperimennya, karena menurut pendekatan nativis, bahasa
bagi manusia merupakan fenomena sosial dan bukti keberadaan manusia (Pateda
dalam Al-Giffari: 2008).
2. Derek Bickerton
Pendukung lain dari proses pemerolehan
bahasa yang bersifat nature adalah Derek Bickerton. Bickerton melakukan sejumlah
penelitian mengenai bekal yang dibawa manusia sejak lahir (innateness) dan dia
mendapatkan beberapa bukti yang cukup signifikan.
Bukti-bukti tersebut mengungkapkan
bahwa manusia itu sesungguhnya telah “terprogram secara biologis” dalam
artian sudah diberi kemampuan sejak lahir untuk beralih dari satu tahap
kebahasaan ke tahap kebahasaan berikutnya dan bahwa manusia terprogram sejak
lahir untuk menghasilkan sifat-sifat kebahasaan tertentu pada usia perkembangan
yang tertentu pula (Brown, 2000:35).
Dengan demikian pemerolehan bahasa tidak
ditentukan oleh proses kondisi yang diberikan pada anak namun ditentukan oleh
proses yang berjalan dengan sendirinya sejak anak lahir ke dunia seiring dengan
kematangan pengetahuan bahasa dan usia anak tersebut.
3. David Mc Neill
Neill dalam Brown dalam Al-Giffari (2008)
menyatakan bahwa LAD terdiri dari empat properti kebahasaan bawaan, yaitu:
1. Kemampuan untuk
membedakan bunyi ujaran manusia (speech sounds) dari bunyi lain dalam
lingkungan
2. Kemampuan untuk
mengorganisir data kebahasaan menjadi beragam kelas yang dapat diperhalus atau
diperbaiki di kemudian hari
3. Pengetahuan bahwa
hanya jenis sistem kebahasaan tertentu yang mungkin untuk digunakan dan jenis
sistem lainnya tidak mungkin untuk digunakan
4. Kemampuan untuk
melakukan evaluasi secara konstan terhadap sistem kebahasaan yang terus
berkembang sehingga dapat membangun sistem yang paling sederhana dari masukan
kebahasaan yang ada.
- Faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa
Jika
kita kaitkan dengan proses pemerolehan bahasa, maka menurut aliran behaviorisme,
faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa adalah lingkungan, karena bahasa
yang diperoleh manusia semata-mata karena pengaruh lingkungannya.
Dan
ketika kita kaitkan dengan proses pemerolehan bahasa menurut aliran nativisme,
maka yang mempengaruhi proses pemerolehan bahasa adalah LAD (Language
Acquisition Devices), yaitu bekal kodrati yang telah dibawanya semenjak lahir.
Otak
juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi proses pemerolehan bahasa,
karena didalam otak banyak terdapat area-area yang berkaitan dengan bahasa,
diantaranya, wernickle , broca dan korteks serebrum.
Menurut
Eda (2009) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa:
1.
Usia belajar
Beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa penguasaan bahasa secara sempurna dapat terjadi
jika bahasa tersebut dipelajari pada usia kritis (critical period). Patkowsky
dalam Eda (2009) mengklaim bahwa semakin dini usia seseorang dalam mempelajari
bahasa maka akan semakin bagus dan sempurna cara pelafalannya. Dia menyatakan
bahwa pemerolehan bahasa terutama dalam hal pelafalan (pronounciation) akan
berbeda jika dipelajari sebelum dan sesudah usia kritis (critical period). Usia
dini tersebut adalah pada usia sebelum 15 tahun.
Peneliti
lain yang berbicara tentang usia kritis ini adalah Moyer. Dia (Moyer dalam Eda
2009) menyimpulkan bahwa usia kritis memang berpengaruh dalam pemerolehan bahasa
karena hal tersebut berhubungan dengan perubahan alat-alat atau artikulasi dan
perkembangan otak selama masa perkembangan. Moyer juga memberi penjelasan lain
bahwa selama masa perkembangan tersebut, hasil atau tingkat pemerolehan bahasa
merupakan interaksi sistem bahasa di
lingkungan.
Berdasarkan
hasil penelitian tersebut, nampak jelas bahwa usia memberi pengaruh terhadap
tingkat pemerolehan bahasa, walaupun batas usia kritis atau usia yang paling
baik mempelajari bahasa masih berbeda-beda.
2.
Lama tinggal di lingkungan
suatu Bahasa
Piske
dkk dalam Eda (2009) mengklaim bahwa korelasi antara pemerolehan bahasa dengan
lama tinggal di lingkungan suatu bahasa sangat signifikan. Namun, korelasi
antara kedua hal tersebut menjadi tidak signifikan jika faktor usia diabaikan.
Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa lama tinggal di lingkungan suatu bahasa
tidak berpengaruh secara langsung terhadap kemampuan menggunakan bahasa
Lingkungan hanyalah faktor pendukung dari faktor usia yang lebih dominan
mempengaruhi kemampuan bahasa tersebut.
3.
Motivasi.
Faktor-faktor
seperti motivasi dan perhatian yang tinggi terhadap pelafalan suatu bahasa
dapat membantu dalam proses pemerolehan bahasa. walaupun bahasa tersebut
dipelajari pada usia dewasa.
4.
Frekwensi Penggunaan bahasa
Faktor
ini termasuk faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan pemerolehan dan
pelafalan suatu bahasa. Semakin sering suatu bahasa digunakan maka akan semakin
banyak dan cepat bahasa tersebut diperoleh.
- Peranan otak terhadap pemerolehan bahasa
Sebagaimana
kita ketahui bahwasanya otak memiliki peranan yang penting dalam bahasa. Otak
mempunyai dua belahan hemisfir, yaitu hemisfir kiri dan hemisfir kanan.
Hemisfir kiri memiliki kemampuan yang lebih dominan dalam menangani masalah
kebahasaan, karena didalam hemisfir ini terdapat empat daerah besar yang dinamakan lobe; lobe
frontal, temporal, osipital dan parietal.
Masing-masing
lobe ini mempunyai tugas dan peran yang berbeda-beda. Lobe frontal bertugas
mengurusi masalah yang berkaitan dengan kemampuan kognisi, lobe temporal
bertugas mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan pendengaran, lobe osipital menangani
masalah penglihatan dan lobe parietal lebih berkaitan dengan masalah somaetik
yaitu menangani rasa pada tangan, kaki, muka, dll. Pada daerah lobe frontal
terdapat daerah Wernickle yang bertugas memahami pesan yang masuk ke otak dan
selanjutnya pesan tersebut akan dikirim ke daerah Broca yang bertugas menanggapi pesan
tersebut.
Dalam
proses pemerolehan bahasa, kedua daerah ini berperan penting dalam pemerolehan
bahasa tersebut karena apabila seseorang memperoleh satu kosakata dalam suatu
bahasa maka pesan itu akan disampaikan ke otak, dipahami oleh wernickle dan
kemudian dari wernickle ini pesan tersebut akan ditanggapi oleh Broca dan
kemudian akan diujarkan oleh alat ucap.
Didalam
otak kita juga ada korteks serebral yang menangani fungsi-fungsi intelektual
dan bahasa. Jadi jelaslah bagi kita bahwa otak memiliki peranan penting dalam
pemerolehan bahasa karena didalam otak kita banyak terdapat daerah-daerah yang
berkaitan dengan masalah-masalah kebahasaan, yaitu wernickle, Broca dan korteks
serebral.
2.
Tulislah seluruh proses
pemerolehan bahasa pada anak-anak dan factor yang mempengaruhinya.
- Proses pemerolehan bahasa pada anak-anak
Pada
umumnya banyak ahli yang berpandangan bahwa, setiap anak dimanapun dia berada
juga memperoleh bahasa dengan menggunakan strategi yang sama. Hal ini terjadi
bukan dikarenakan faktor biologi atau neurologi manusia namun karena ada suatu
pandangan yang mengatakan bahwa setiap anak sudah dibekali oleh suatu kemampuan
berbahasa semenjak lahir.
Pada
pemerolehan bahasa pada anak-anak, ada beberapa komponen bahasa yang mempengaruhinya:
- Pemerolehan Fonologi
Dalam
proses pemerolehan fonologi ini, pada umur enam minggu, anak mulai mengeluarkan
bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan atau vocal. Proses pengeluaran
bunyi-bunyi ini disebut cooing
(Dekutan).
Sekitar
umur enam bulan, anak mulai mencampurkan bunyi konsonan dan vocal sehingga,
proses ini disebut juga dengan babbling atau celotehan. Konsonan yang diujarkan
oleh anak pertama kali adalah konsonan bilabial hambat dan bilabial nasal,
sedangkan untuk vocal yang terlebih dahulu diujarkan adalah /a/.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa fonologi merupakan proses awal yang dilalui oleh
seorang anak dalam memperoleh bahasa, karena dalam komponen fonologilah anak
akan mengenali bunyi-bunyi yang merupakan komponen-komponen awal dalam suatu bahasa.
- Pemerolehan Sintaktik
Dalam
proses pemerolehan sintaktik ini anak akan mulai dengan Ujaran Satu
Kata (USK), yang bagi anak ujaran ini merupakan kalimat penuh. Dari satu
kata yang telah diambil tadi, maka anak harus menganalisisnya terlebih dahulu,
barulah dia menentukan suku kata mana yang akan diambil. Contohnya dari kata
nasi, suku kata mana yang akan diambil na atau si. Proses ini didalam bahasa
Indonesia dikenal dengan istilah polisilabik yaitu anak akan menganalisis
terlebih dahulu dari kata yang dipilih, suku kata mana yang akan diucapkan.
Sekitar
umur dua tahun, seorang anak akan mulai mengeluarkan ujaran dua kata. Anak akan
mulai dengan UDK yang diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu
terpisah. Contohnya bola jatuh, anak tidak akan mengucapkan
/latuh/ tetapi /la/ . /tuh/ dengan jeda
antara bola dengan jatuh.
Dapat
disimpulkan bahwa sintaktik merupakan proses dimana anak akan mulai mengucapkan
isi kata yang merupakan kalimat penuh bagi anak. Dalam proses pemerolehan sintaksis
ini anak sudah mulai mengkombinasikan bunyi-bunyi vocal dan konsonan, sehingga
menjadi content word yang mengandung arti yang dapat ditangkap
dan dimengerti oleh orang yang mendengarkannya, walaupun masih berupa satu suku
kata namun ujaran anak tersebut sudah dapat dipahami.
- Pemerolehan Semantik
Dalam
proses pemerolehan semantik ini ujaran yang dikeluarkan anak tidak hanya merupakan
bunyi-bunyi yang dikombinasikan menjadi sebuah kata ataupun isi dari kata yang
akan diujarkan. Namun pada proses pemerolehan semantik ini, ujaran yang
diucapkan oleh anak sudah mengacu kepada makna kata atau kalimat.
Dalam
ujaran satu kata pada proses pemerolehan semantik, terkadang mengandung makna
lebih dari satu, contohnya ketika anak mengucapkan /da/ untuk kata kuda,
bisa saja anak bermaksud untuk mengucapkan:
a.
Ma, itu kuda
b.
Ma, ayo kita lihat kuda
c.
Aku suka kuda
d.
Aku minta (mainan) kuda
Ujaran
satu kata yang mengandung banyak makna ini disebut holofrasik. Sedangkan
dalam ujaran dua kata, makna yang disampaikan anak akan lebih kompleks dan
orang yang mendengarkanpun akan lebih dapat menerka apa yang dimaksudkan oleh
anak. Contoh untuk kata makan nasi anak akan mengujarkan
/tanaci/.
Jadi
pada semantik ini proses pemerolehan bahasa anak sudah semakin kompleks, karena
anak tidak hanya dapat mengaitkan bunyi-bunyi vocal dan konsonan menjadi satu
kata atau dapat menyebutkan isi kata , tetapi anak juga sudah mampu
menyampaikan kata yang mengandung makna sehingga orang yang mendengarkan dapat
menerka apa yang disampaikan oleh anak.
- Faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa pada anak-anak
Menurut
Dardjowidjojo (2003: 237) faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa
tergantung pada sifat kodrati komponen bahasa; komponen fonologi, sintaksis dan
semantik, namun komponen fonologi yang lebih banyak memiliki katerkaitan dengan
neurologi manusia, maka komponen inilah yang paling universal.
Menurut
Giel (2009), ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak,
diantaranya:
1.
Kognisi (Proses Memperoleh
Pengetahuan)
Tinggi
rendahnya kemampuan kognisi seorang anak akan mempengaruhi cepat atau lambatnya
anak tersebut memperoleh bahasa. Karena kita sudah mengetahui bahwasanya terdapat
kaitan yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
2.
Pola Komunikasi Dalam
Keluarga
Sebagian
orang percaya bahwa jika dalan suatu keluarga terdapat komunikasi banyak arah,
maka akan mempercepat pemerolehan bahasa pada anak.
3.
Jumlah Anak atau Jumlah
Anggota Keluarga.
Suatu
keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, maka pemerolehan bahasa anak akan
lebih cepat karena akan terjadi komunikasi yang bervariasi terhadap anak jika
dibandingkan dengan keluarga yang hanya memiliki anak tunggal atau tidak ada
anggota keluarga lain selain keluarga inti.
4.
Posisi Urutan Kelahiran
Pemerolehan
bahasa anak yang urutan kelahirannya ditengah akan lebih cepat jika
dibandingkan dengan anak sulunng atau anak bungsu karena anak sulung hanya
memiliki arah komunikasi ke bawah saja atau anak bungsu hanya memiliki arah
komunikasi kebawah saja.
Sedangkan
anak yang urtan kelahirannya ditengah akan memiliki arah komunikasi dua jalur,
ke atas dan ke bawah.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Giffari.2008.
kontroversi nurture dan nature dalam psikolinguistik. Available in http://prasastie.multiply.com/journal/item/38.
retrieved on 07 jan
Dardjowidjojo,
Soenjono.2003. Psikolinguistik: pengantar pemahaman bahasa manusia. Jakarta: yayasan obor Indonesia
Eda. 2009.
factor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa bahasa kedua. Available in http://www.google.co.id/#hl=id&q=faktor-faktor+yang+berpengaruh+dalam+pemerolehan+bahasa&meta=&aq=f&oq=faktor-faktor+yang+berpengaruh+dalam+pemerolehan+bahasa&fp=68546b5a6aca8eda.
Retrieved on 07 jan
Giel, Edi
Chu.2009.perkembangan bahasa anak. Available in http://edichugiel.blogspot.com/2009/11/kata-pengantar-segala-puji-bagi-tuhan.html.
retrieved on 07 jan
Syafna,
Hasnarianti.2009. peranan pemerolehan bahasa pertama terhadap bahasa kedua.
Available in http://www.scribd.com/doc/22785154/Peranan-Pemerolehan-Bahasa-Pertama-Terhadap-PeMerolehan-Bahasa-Kedua?autodown=pdf.
Retrieved on 07 jan