WELCOME AND ENJOY IN PUNDI "THE CENTRE of KNOWLEDGE"

Wanna Free Hosting???

http://www.000webhost.com/515172.html

Kamis, 22 Desember 2011

Psikolinguistik (Pemerolehan Bahasa) Language Acquisition


1.      Tulislah seluruh proses pemerolehan bahasa pada manusia dan factor yang mempengaruhinya serta peranan otak manusia terhadap pemerolehan bahasa!
  1. Proses pemerolehan bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Dengan bahasa, manusia bisa berbagi ilmu pengetahuan, berbagi ide, bertukar informasi dan lain-lain. Dengan kata lain, manusia akan mampu menguasai atau memperoleh bahasa selagi dia hidup, tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat dimanapun dia berada yang selalu menggunakan bahasa. Namun tentulah ada proses yang dilalui oleh manusia dalam memperoleh bahasa tersebut.
Dalam perbincangan mengenai proses pemerolehan bahasa, terdapat beberapa perbedaan pendapat dikalangan ahli bahasa. Ada yang berpendapat bahwa proses pemerolehan bahasa itu bersifat Nurture dan ada yang berpendapat bahwa pemerolehan bahasa tersebut bersifat Nature. Para pendukung pemerolehan bahasa bersifat nurture pada umumnya adalah para ahli bahasa yng berasal dari aliran Behaviorisme sedangkan para pendukung pemerolehan bahasa berifat nature umumnya adalah para ahli yang menganut aliran navitisme. Oleh karena itu pembahasan mengenai proses pemerolehan bahasa ini berkaitan dengan kedua aliran behaviorisme dan nativisme.
I.                   Proses pemerolehan bahasa nurture
Menurut Brown dalam Al-Giffari (2008) proses pemerolehan bahasa seseorang yang merupakan suatu kebiasaan yang dapat diperoleh melalui proses pengkondisian. Selain itu Dhardjowidjojo (2003:234) menambahkan bahwa pemerolehan bahasa yang bersifat nurture itu adalah pemerolehan bahasa yang ditentukan oleh alam lingkungan. Pendapat ini sejalan dengan aliran behaviorisme yang meyakini bahwa setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini disertai dengan tabula rasa yaitu semacam piring kosong tanpa suatu apapun, kemudian sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan yang dilaluinya dalam lingkungannya, maka piring tersebut akan terisi dengan sendirinya, termasuk bahasa. Bahasa tersebut akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak tadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh pengetahuan yang didapat oleh manusia itu semata-mata didapatnya dari lingkungannya.
Ada beberapa ahli yang memiliki pandangan bahwa pemerolehan bahasa itu bersifat nurture, diantaranya: Ivan Pavlov, John B. Watson, dan B.F. Skinner.
1.      Ivan Pavlov
Ivan Pavlov merupakan seorang ahli psiologi Rusia yang melaksanakan serangkaian eksperimen yang menjadikan anjing sebagai subjeknya. Ketika dia memukul garpu, maka bunyi yang dihasilkan oleh garpu mendatangkan respon yang berupa pengeluaran air liur anjing.
Sebelumnya, Pavlov melakukan stimuli berupa memperlihatkan makanan anjing atau bau makanan dan juga menghasilkan respon yang sama. Jadi, dengan demikian Pavlov telah membuktikan bahea proses belajar itu terdiri dari pembentukan asosiasi antara stimuli dan respon yang refleksif.
Serangkaian eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov dikenal dengan sebutan Classical Conditioning. 
2.      John B. Watson
John B. Watson adalah seorang psikolog yang menemukan istilah behaviorisme (Brown dalan Al-Giffari: 2008). Watson mempunyai pandangan yang sama dengan Pavlov yaitu maenggunakan teori classical conditioning. Watson menyatakan bahwa penjelasan atas segala bentuk pembelajaran adalah dengan melalui proses pengkondisian , maka manusia membentuk sejumlah hubungan stimuli-respon dan perilaku manusia yang lebih kompleks dipeljari melalui cara membangun serangkaian atau rantai-rantai respon.
Watson menyatakan bahwa setiap orang itu dibentuk menjadi apa adanya mereka dan perilaku ditentukan sepenuhnya oleh lingkungan.
3.      B.F. Skinner
B.F. Skinner merupakan seorang psikolog Amerika yang hidup pda tahun 1904 sanpai dengan 1990. B.F. Skinner memliki teori kasik yaitu verbal behavior dimana dia meneliti bagaimana seekor tikus akhirnya dapat memperoleh pengetahuan. Proses itu dinamakan operant conditioning, dimana skinner melatih tiku untuk memperoleh makanan dengan menekan satu pedal.
Hal tersebut dilakukan berkali-kali sehingga akhirnya tikus tadi memperoleh pengetahuan dari kebiasaan bahwa jika dia ingin makan, maka dia harus menekan pedal terlebih dahulu.
Skinner melakukan ini berkali-ali dengan objek yang sama, namun carannya berbeda dan tikus tersebut memberikan respon yang sama walaupun melalui proses trial and error.
Dari eksperimen ini skinner menyimpulkan baewa pemerolehan pengetahuan, termasuk pengetahuan pemakaian bahasa, didasarkan pada adanya stimulus, kemudian diikuti oleh respon, dengan system pemberian reward sebagai imbalan atas keberhasilan dan punishment atae kesalahan.
Selain itu skinner juga berpendapat bahwa bahasa hanyalah sebuah kebiasan yang dilakukan berulang-ulang. Dari pandangan ini lahirlah teknik drills dalam pengajaran bahasa asing.
Dalam hubungannya dengan teori behaviorisme, menurut Lyons dalam Al-Giffari (2008) terdapat kecendrungan yang menyatakan bahwa aliran ini cenderung memperkecil peranan insting dan dorongn-dorongan yang dibawa sejak lahir dan penekanan atas peran yang dimainkan oleh pembelajaran dimana hewan dan manusia memperoleh pola-pola perilaku mereka, yang menekankan pada pemupukan (nurture) dan bukan pada sifat alami (nature), lebih menekankan pada lingkungan ketimbang pda factor keturunan.
II.                Proses pemerolehan bahasa nature
Menurut Dhardjowidjojo (2003:235) proses pemerolahan bahasa itu bersifat kodrati (Innate) dibawa semenjak dari lahir. Pada dasarnya yang dimaksud dengan proses pemerolehan bahasa yang bersifat nature adalah bahwa proses pemerolehan bahasa ditentukan oleh pengetahuan yang dibawa sejak lahir dan bahwa properti bawaan tersebut bersifat universal karena dialami atau dimiliki oleh semua manusia (Brown, 2000:34). Ada beberapa ahli yang menyetujui pandangan ini diantaranya Noam Chomsky, Derek Bickerton dan David McNeill.

1.   Noam Chomsky
Noam Chomsky merupakan seorang penganut teori nativisme yang secara terang-terangan menentang teori behaviorisme yang dikembangkan oleh skinner. Sebagai wujud dari reaksi keras atas behaviorisme pada akhir era 1950-an, Chomsky menyerang teori Skinner yang menyatakan bahwa pemerolehan bahasa itu bersifat nurture atau dipengaruhi oleh lingkungan.
Chomsky memiliki pendapat bahwa pemerolehan bahasa itu berdasarkan pada nature karena menurutnya ketika anak dilahirkan ia telah dibekali dengan sebuah alat tertentu yang membuatnya mampu mempelajari suatu bahasa. Alat tersebut dikenal dengan sebutan Piranti Pemerolehan Bahasa (PPB) atau Language Acquisition Device (LAD) yang bersifat universal yang dibuktikan oleh adanya kesamaan pada anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa mereka (Dardjowidjojo, 2003:235-236).
Chomsky merasa bahwa Skinner terlalu menyederhanakan dan menyama-ratakan proses pemerolehan pengetahuan manusia dengan proses pemerolehan pengetahuan binatang, yaitu tikus dan burung dara yang digunakan sebagai subyek dalam eksperimennya, karena menurut pendekatan nativis, bahasa bagi manusia merupakan fenomena sosial dan bukti keberadaan manusia (Pateda dalam Al-Giffari: 2008).
2.      Derek Bickerton
Pendukung lain dari proses pemerolehan bahasa yang bersifat nature adalah Derek Bickerton. Bickerton melakukan sejumlah penelitian mengenai bekal yang dibawa manusia sejak lahir (innateness) dan dia mendapatkan beberapa bukti yang cukup signifikan.
Bukti-bukti tersebut mengungkapkan  bahwa manusia itu sesungguhnya telah “terprogram secara biologis” dalam artian sudah diberi kemampuan sejak lahir untuk beralih dari satu tahap kebahasaan ke tahap kebahasaan berikutnya dan bahwa manusia terprogram sejak lahir untuk menghasilkan sifat-sifat kebahasaan tertentu pada usia perkembangan yang tertentu pula (Brown, 2000:35).
Dengan demikian pemerolehan bahasa tidak ditentukan oleh proses kondisi yang diberikan pada anak namun ditentukan oleh proses yang berjalan dengan sendirinya sejak anak lahir ke dunia seiring dengan kematangan pengetahuan bahasa dan usia anak tersebut.
3.      David Mc Neill
Neill dalam Brown dalam Al-Giffari (2008) menyatakan bahwa LAD terdiri dari empat properti kebahasaan bawaan, yaitu:
1.      Kemampuan untuk membedakan bunyi ujaran manusia (speech sounds) dari bunyi lain dalam lingkungan
2.      Kemampuan untuk mengorganisir data kebahasaan menjadi beragam kelas yang dapat diperhalus atau diperbaiki di kemudian hari
3.      Pengetahuan bahwa hanya jenis sistem kebahasaan tertentu yang mungkin untuk digunakan dan jenis sistem lainnya tidak mungkin untuk digunakan
4.      Kemampuan untuk melakukan evaluasi secara konstan terhadap sistem kebahasaan yang terus berkembang sehingga dapat membangun sistem yang paling sederhana dari masukan kebahasaan yang ada.
  1. Faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa
Jika kita kaitkan dengan proses pemerolehan bahasa, maka menurut aliran behaviorisme, faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa adalah lingkungan, karena bahasa yang diperoleh manusia semata-mata karena pengaruh lingkungannya.
Dan ketika kita kaitkan dengan proses pemerolehan bahasa menurut aliran nativisme, maka yang mempengaruhi proses pemerolehan bahasa adalah LAD (Language Acquisition Devices), yaitu bekal kodrati yang telah dibawanya semenjak lahir.
Otak juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi proses pemerolehan bahasa, karena didalam otak banyak terdapat area-area yang berkaitan dengan bahasa, diantaranya, wernickle , broca dan korteks serebrum.
Menurut Eda (2009) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa:
1.      Usia belajar
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa penguasaan bahasa secara sempurna dapat terjadi jika bahasa tersebut dipelajari pada usia kritis (critical period). Patkowsky dalam Eda (2009) mengklaim bahwa semakin dini usia seseorang dalam mempelajari bahasa maka akan semakin bagus dan sempurna cara pelafalannya. Dia menyatakan bahwa pemerolehan bahasa terutama dalam hal pelafalan (pronounciation) akan berbeda jika dipelajari sebelum dan sesudah usia kritis (critical period). Usia dini tersebut adalah pada usia sebelum 15 tahun.
Peneliti lain yang berbicara tentang usia kritis ini adalah Moyer. Dia (Moyer dalam Eda 2009) menyimpulkan bahwa usia kritis memang berpengaruh dalam pemerolehan bahasa karena hal tersebut berhubungan dengan perubahan alat-alat atau artikulasi dan perkembangan otak selama masa perkembangan. Moyer juga memberi penjelasan lain bahwa selama masa perkembangan tersebut, hasil atau tingkat pemerolehan bahasa merupakan interaksi sistem bahasa  di lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, nampak jelas bahwa usia memberi pengaruh terhadap tingkat pemerolehan bahasa, walaupun batas usia kritis atau usia yang paling baik mempelajari bahasa masih berbeda-beda.
2.      Lama tinggal di lingkungan suatu Bahasa
Piske dkk dalam Eda (2009) mengklaim bahwa korelasi antara pemerolehan bahasa dengan lama tinggal di lingkungan suatu bahasa sangat signifikan. Namun, korelasi antara kedua hal tersebut menjadi tidak signifikan jika faktor usia diabaikan. Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa lama tinggal di lingkungan suatu bahasa tidak berpengaruh secara langsung terhadap kemampuan menggunakan bahasa Lingkungan hanyalah faktor pendukung dari faktor usia yang lebih dominan mempengaruhi kemampuan bahasa tersebut.
3.      Motivasi.
Faktor-faktor seperti motivasi dan perhatian yang tinggi terhadap pelafalan suatu bahasa dapat membantu dalam proses pemerolehan bahasa. walaupun bahasa tersebut dipelajari pada usia dewasa.


4.      Frekwensi Penggunaan bahasa
Faktor ini termasuk faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan pemerolehan dan pelafalan suatu bahasa. Semakin sering suatu bahasa digunakan maka akan semakin banyak dan cepat bahasa tersebut diperoleh.
  1. Peranan otak terhadap pemerolehan bahasa
Sebagaimana kita ketahui bahwasanya otak memiliki peranan yang penting dalam bahasa. Otak mempunyai dua belahan hemisfir, yaitu hemisfir kiri dan hemisfir kanan. Hemisfir kiri memiliki kemampuan yang lebih dominan dalam menangani masalah kebahasaan, karena didalam hemisfir ini terdapat  empat daerah besar yang dinamakan lobe; lobe frontal, temporal, osipital dan parietal.
Masing-masing lobe ini mempunyai tugas dan peran yang berbeda-beda. Lobe frontal bertugas mengurusi masalah yang berkaitan dengan kemampuan kognisi, lobe temporal bertugas mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan pendengaran, lobe osipital menangani masalah penglihatan dan lobe parietal lebih berkaitan dengan masalah somaetik yaitu menangani rasa pada tangan, kaki, muka, dll. Pada daerah lobe frontal terdapat daerah Wernickle yang bertugas memahami pesan yang masuk ke otak dan selanjutnya pesan tersebut akan dikirim ke daerah  Broca yang bertugas menanggapi pesan tersebut.
Dalam proses pemerolehan bahasa, kedua daerah ini berperan penting dalam pemerolehan bahasa tersebut karena apabila seseorang memperoleh satu kosakata dalam suatu bahasa maka pesan itu akan disampaikan ke otak, dipahami oleh wernickle dan kemudian dari wernickle ini pesan tersebut akan ditanggapi oleh Broca dan kemudian akan diujarkan oleh alat ucap.
Didalam otak kita juga ada korteks serebral yang menangani fungsi-fungsi intelektual dan bahasa. Jadi jelaslah bagi kita bahwa otak memiliki peranan penting dalam pemerolehan bahasa karena didalam otak kita banyak terdapat daerah-daerah yang berkaitan dengan masalah-masalah kebahasaan, yaitu wernickle, Broca dan korteks serebral.
2.      Tulislah seluruh proses pemerolehan bahasa pada anak-anak dan factor yang mempengaruhinya.
  1. Proses pemerolehan bahasa pada anak-anak
Pada umumnya banyak ahli yang berpandangan bahwa, setiap anak dimanapun dia berada juga memperoleh bahasa dengan menggunakan strategi yang sama. Hal ini terjadi bukan dikarenakan faktor biologi atau neurologi manusia namun karena ada suatu pandangan yang mengatakan bahwa setiap anak sudah dibekali oleh suatu kemampuan berbahasa semenjak lahir.
Pada pemerolehan bahasa pada anak-anak, ada beberapa komponen bahasa yang mempengaruhinya:
    1. Pemerolehan  Fonologi
Dalam proses pemerolehan fonologi ini, pada umur enam minggu, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan atau vocal. Proses pengeluaran bunyi-bunyi  ini disebut cooing (Dekutan).
Sekitar umur enam bulan, anak mulai mencampurkan bunyi konsonan dan vocal sehingga, proses ini disebut juga dengan babbling atau celotehan. Konsonan yang diujarkan oleh anak pertama kali adalah konsonan bilabial hambat dan bilabial nasal, sedangkan untuk vocal yang terlebih dahulu diujarkan adalah /a/.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa fonologi merupakan proses awal yang dilalui oleh seorang anak dalam memperoleh bahasa, karena dalam komponen fonologilah anak akan mengenali bunyi-bunyi yang merupakan komponen-komponen awal dalam suatu bahasa.
    1. Pemerolehan Sintaktik
Dalam proses pemerolehan sintaktik ini anak akan mulai dengan Ujaran Satu Kata (USK), yang bagi anak ujaran ini merupakan kalimat penuh. Dari satu kata yang telah diambil tadi, maka anak harus menganalisisnya terlebih dahulu, barulah dia menentukan suku kata mana yang akan diambil. Contohnya dari kata nasi, suku kata mana yang akan diambil na atau si. Proses ini didalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah polisilabik yaitu anak akan menganalisis terlebih dahulu dari kata yang dipilih, suku kata mana yang akan diucapkan.
Sekitar umur dua tahun, seorang anak akan mulai mengeluarkan ujaran dua kata. Anak akan mulai dengan UDK yang diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu terpisah. Contohnya bola jatuh, anak tidak akan mengucapkan /latuh/ tetapi  /la/ . /tuh/ dengan jeda antara bola dengan jatuh.
Dapat disimpulkan bahwa sintaktik merupakan proses dimana anak akan mulai mengucapkan isi kata yang merupakan kalimat penuh bagi anak. Dalam proses pemerolehan sintaksis ini anak sudah mulai mengkombinasikan bunyi-bunyi vocal dan konsonan, sehingga menjadi content word yang mengandung arti yang dapat ditangkap dan dimengerti oleh orang yang mendengarkannya, walaupun masih berupa satu suku kata namun ujaran anak tersebut sudah dapat dipahami.

    1. Pemerolehan Semantik
Dalam proses pemerolehan semantik ini ujaran yang dikeluarkan anak tidak hanya merupakan bunyi-bunyi yang dikombinasikan menjadi sebuah kata ataupun isi dari kata yang akan diujarkan. Namun pada proses pemerolehan semantik ini, ujaran yang diucapkan oleh anak sudah mengacu kepada makna kata atau kalimat.
Dalam ujaran satu kata pada proses pemerolehan semantik, terkadang mengandung makna lebih dari satu, contohnya ketika anak mengucapkan /da/ untuk kata kuda, bisa saja anak bermaksud untuk mengucapkan:
a.       Ma, itu kuda
b.      Ma, ayo kita lihat kuda
c.       Aku suka kuda
d.      Aku minta (mainan) kuda
Ujaran satu kata yang mengandung banyak makna ini disebut holofrasik. Sedangkan dalam ujaran dua kata, makna yang disampaikan anak akan lebih kompleks dan orang yang mendengarkanpun akan lebih dapat menerka apa yang dimaksudkan oleh anak. Contoh untuk kata makan nasi anak akan mengujarkan /tanaci/.
Jadi pada semantik ini proses pemerolehan bahasa anak sudah semakin kompleks, karena anak tidak hanya dapat mengaitkan bunyi-bunyi vocal dan konsonan menjadi satu kata atau dapat menyebutkan isi kata , tetapi anak juga sudah mampu menyampaikan kata yang mengandung makna sehingga orang yang mendengarkan dapat menerka apa yang disampaikan oleh anak.

  1. Faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa pada anak-anak
Menurut Dardjowidjojo (2003: 237) faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa tergantung pada sifat kodrati komponen bahasa; komponen fonologi, sintaksis dan semantik, namun komponen fonologi yang lebih banyak memiliki katerkaitan dengan neurologi manusia, maka komponen inilah yang paling universal.
Menurut Giel (2009), ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak, diantaranya:
1.      Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi seorang anak akan mempengaruhi cepat atau lambatnya anak tersebut memperoleh bahasa. Karena kita sudah mengetahui bahwasanya terdapat kaitan yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
2.      Pola Komunikasi Dalam Keluarga
Sebagian orang percaya bahwa jika dalan suatu keluarga terdapat komunikasi banyak arah, maka akan mempercepat pemerolehan bahasa pada anak.
3.      Jumlah Anak atau Jumlah Anggota Keluarga.
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, maka pemerolehan bahasa anak akan lebih cepat karena akan terjadi komunikasi yang bervariasi terhadap anak jika dibandingkan dengan keluarga yang hanya memiliki anak tunggal atau tidak ada anggota keluarga lain selain keluarga inti.

4.      Posisi Urutan Kelahiran
Pemerolehan bahasa anak yang urutan kelahirannya ditengah akan lebih cepat jika dibandingkan dengan anak sulunng atau anak bungsu karena anak sulung hanya memiliki arah komunikasi ke bawah saja atau anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi kebawah saja.
Sedangkan anak yang urtan kelahirannya ditengah akan memiliki arah komunikasi dua jalur, ke atas dan ke bawah.














DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Giffari.2008. kontroversi nurture dan nature dalam psikolinguistik. Available in http://prasastie.multiply.com/journal/item/38. retrieved on 07 jan
Dardjowidjojo, Soenjono.2003. Psikolinguistik: pengantar pemahaman bahasa manusia. Jakarta: yayasan obor Indonesia
Giel, Edi Chu.2009.perkembangan bahasa anak. Available in http://edichugiel.blogspot.com/2009/11/kata-pengantar-segala-puji-bagi-tuhan.html. retrieved on 07 jan
Syafna, Hasnarianti.2009. peranan pemerolehan bahasa pertama terhadap bahasa kedua. Available in http://www.scribd.com/doc/22785154/Peranan-Pemerolehan-Bahasa-Pertama-Terhadap-PeMerolehan-Bahasa-Kedua?autodown=pdf. Retrieved on 07 jan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar